Pertashop vs Pertamini merupakan dua entitas yang sebenarnya tidak bisa di-apple to apple, karena tidak sebanding dalam banyak hal. Maka, tidak tepat untuk dibandingkan satu sama lain. Itu sebabnya, artikel ini bukan dalam maksud membandingkan siapa yang lebih unggul dari yang lain. Ini cuma sebagai acuan bagi calon pebisnis untuk memilih jenis bisnis ritel BBM mana yang akan dimilikinya sebagai ladang cuan masa depan.
Setidaknya, ada 4 jenis pilihan bisnis ritel BBM, yakni: Jadi pemilik SPBU Pertamina, Memiliki Pertashop, Mempunyai Pertamini, dan Pertabotol. Jenis ritel yang paling termurah modalnya adalah Pertabotol – sebuah istilah bagi pengecer BBM dengan bermodalkan botol sebagai wadah penyimpanan dan rak dari kayu. Jenis yang satu ini masih bertahan, dan cukup mudah dijumpai.
Jenis ritel BBM yang paling mahal modal investasinya, yaitu menjadi pemilik SPBU Pertamina. Ya, SPBU Pertamina dapat dimiliki oleh perorangan dan atau swasta dengan skema DODO (Dealer Owned Dealer Operated). Tetapi, tidak mudah menjadi pemilik SPBU dengan skema ini. Seleksi ketat harus dilalui. Selain itu, wajib mematuhi kewajiban sebagai mitra Pertamina (termasuk hanya membeli produk Pertamina). Ini persyaratan administrasi.
Persyaratan finansial untuk tipe ini pun tidak kalah beratnya. Modal yang mesti digelontorkan, tembus miliaran rupiah – termasuk lahan, bangunan dan fasilitas SPBU, fasilitas tambahan (minimarket, restoran, dll). Di samping itu, biaya operasional bulanan akan muncul, seperti: Biaya maintenance, gaji karyawan, listrik dan air, dll.
Jika anda mempunyai modal besar, dan menyukai bisnis di bidang ini dalam jangka panjang, anda boleh mengajukan diri ke pihak Pertamina.
Dua tipe tersisa: Pertashop vs Pertamini.
Sejak kemunculan Pertashop pada 2018, keduanya seolah menjadi kompetitor terhadap satu sama lain. Pemilik Pertashop yang kerap kali meradang, karena margin keuntungan Pertamini lebih besar. Itu karena Pertamini menawarkan penjualan Pertalite (disamping Pertamax juga). Padahal, hingga dengan tulisan ini dibuat, Pertashop belum bisa menjual pertalite secara resmi (beberapa Pertashop masih diuji coba).
Pertashop vs Pertamini
Sebelum mengambil keputusan memilih yang mana yang akan menjadi bisnis anda, perhatikan komparasi beberapa variabel di bawah ini terkait kelebihan dan kekurangan keduanya yang diuraikan apa adanya.
Modal Jomplang
Terdapat perbedaan modal investasi awal yang jomplang antar keduanya. Untuk memiliki satu unit Pertashop, ada 3 skema bisnis yang bisa dipilih: Skema Gold (modal awal 250 juta), skema Platinum (modal awal 400 juta), dan skema Diamond (modal awal 500 juta).
Modal awal tersebut untuk peruntukkan 1 unit Pertashop, biaya pembangunan, biaya instalasi, dan biaya pengiriman produk. Ini belum termasuk biaya pembelian produk awal Pertamax (Gold 20 juta, Platinum dan Diamond 70 juta).
Biaya-biaya awal Pertashop tersebut, belum termasuk biaya lahan apabila bukan milik sendiri, alias harus menyewa.
Modal awal Pertamini bervariasi pula. Komponen modal terbesar adalah pembelian dispenser-nya. Ada dispenser berharga di bawah 10 juta, ada yang belasan juta rupiah, dan ada pula yang tembus di atas 20 juta. Harga dispenser tergantung pada bentuk dan ukurannya, daya tampung BBM, jumlah nozzle, dan fitur lain.
Pemilik Pertamini tidak merogoh kocek dalam untuk membayar sewa lokasi. Bahkan, kebanyakan di antara pemiliknya, tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk komponen biaya lokasi penjualan ini. Mereka memanfaatkan space di kios atau warung milik sendiri, dan bahkan berjualan di pinggir jalan umum.
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, lebih besar modal membuka Pertashop.
Lokasi Penjualan
Berdasarkan regulasi, lokasi Pertashop itu mesti berada di area yang lokasi SPBU-nya sangat jauh, dan bahkan belum tersentuh Pertamina sama sekali. Ini artinya, Pertashop itu eksis di pedesaan, dan atau pinggiran kota besar. Sementara, Pertamini bisa ada di mana-mana. Di perumahan ada, pemukiman padat ada, di jalanan banyak, dan bahkan cukup berdekatan dengan SPBU Pertamina pun ada.
Pertashop vs pertamini dalam konteks ini, lebih unggul pertamini, karena memiliki area bisnis yang lebih luas.
Margin Keuntungan
Pemerintah berencana menyalurkan kuota pertalite yang cukup besar kepada Pertashop untuk selanjutnya dapat dijual eceran kepada para pelanggannya. Namun, rencana ini belum menjadi sebuah keputusan resmi. Jadi, sebelum ijin resmi turun, Pertashop hanya bisa menjual BBM non-subsidi: Pertamax dan Dexlite.
Pengguna pertalite masih lebih banyak ketimbang pemakai pertamax. Ini artinya, margin keuntungan Pertamini bisa lebih besar – bisa dapat sekitar 2 ribu per liter. Sedangkan, pemilik Pertashop hanya mendapatkan margin keuntungan tak lebih dari seribu rupiah.
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, jelas lebih untung pemilik Pertamini daripada jadi boss Pertashop.
Balik Modal
Sesuai rencana bisnis, para pemilik Pertashop skema Gold akan balik modal dalam 5 tahun; pemilik Pertashop Platinum akan balik modal dalam 4 tahun, dan pemilik Pertashop Diamond akan Break Event Point (BEP) dalam 3 tahun. Tentu, waktu balik modal bisa lebih cepat, bisa pula lebih lambat. Ini tergantung dari sejumlah faktor.
Dari hasil penelusuran, dengan modal awal di bawah 10 juta tadi, BEP bisa dicapai dalam waktu kurang dari 6 bulan. Sementara, yang menggelontorkan modal hingga 20 juta, dapat kembali modalnya dalam 12 bulan saja.
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, lebih menggiurkan Pertamini dalam soal ‘kecepatan’ balik modalnya.
BBM Pertashop Murni, Pertamini?
BBM non-subsidi yang dijual via Pertashop asli dari Pertamina. Jadi, kualitasnya sangat terjamin. Sedangkan, BBM (pertalite dan pertamax) yang dijual oleh Pertamini, tidak diketahui pasti keaslian dan kemurnian oktan-nya.
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, lebih baik Pertashop, karena kualitas BBM-nya sudah pasti standar Pertamina.
Terkait: Ini Syarat Mendirikan Pertashop!
Safety System
Kendatipun safety system Pertashop tidak seketat dan secanggih SPBU Pertamina, pemilik dan atau operator Pertashop biasanya telah dibekali dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan), dan telah melalui pelatihan keselamatan. Tidak demikian dengan operator Pertamini.
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, tidak ada yang terbaik dalam soal Standard Operating Procedure (SOP) sistem keamanan dan keselamatan operator, dan atau pemilik bisnis. Namun, Pertashop masih sedikit lebih baik dari Pertamini.
Membayar Pajak
Dalam salah satu syarat administrasi yang wajib dipenuhi oleh calon pemilik Pertashop, NPWP adalah sebuah keharusan. Ini artinya, pemilik Pertashop membayar pajaknya. Bagaimana dengan pemilik Pertamini?
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, tidak ada yang lebih baik dari salah satunya, karena kendati punya NPWP, belum tentu membayar pajak. Siapa bayar siapa tidak, hanya si wajib pajak dan kantor pajak yang tahu.
Masa Depan Keduanya
Masa depan Pertashop jelas, karena merupakan usaha yang memiliki LEGALITAS; dinaungi oleh PT Pertamina, salah satu BUMN.
Sedangkan, aktivitas menjual BBM eceran ala Pertamini merupakan usaha ILEGAL, kendatipun secara kasat mata tampak seolah ‘milik Pertamina’. Mirip, karena warna dispenser condong seperti warna khas SPBU Pertamina. Begitu pula dengan logo produk yang dijual, pertalite dan pertamax, betul-betul sama dengan logo asli produk Pertamina.
Pertashop vs Pertamini pada konteks ini, lebih jelas dan aman masa depan Pertashop ketimbang Pertamini. Apalagi, jika BBM subsidi sudah dapat dijual oleh Pertashop secara resmi – margin keuntungan menjadi lebih besar.
Jadi, jenis bisnis BBM ritel mana yang akan anda pilih?
GIPHY App Key not set. Please check settings