Pertashop (Pertamina Shop) diluncurkan oleh PT Pertamina pada 2018. Ide awalnya bagus, guna pemerataan akses energi ke seluruh penjuru negeri; Pertashop umumnya eksis di daerah yang jauh dari SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) – di pedesaan, dan atau pinggiran kota. Itu sebabnya, sulit menemukan mitra Pertamina ini di kota besar.
Enam tahun berlalu. Pertanyaannya, apakah memiliki Pertashop itu menguntungkan atau justeru sebaliknya?
Tentu, yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut dengan valid adalah para pelaku bisnis Pertashop itu sendiri.
Oke, mari kita telusuri melalui data elektronik yang dapat diakses umum, dari sumber informasi terpercaya.
Dilansir dari situs resmi Pertamina, diinformasikan bahwa Hendra Hartono, membuka bisnis ini di Desa Lakawali, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Omzet Hendra terus meningkat, hingga mencapai 450-600 liter/hari, sehingga ia harus memesan BBM kepada Pertamina rata-rata 14 kilo liter per bulannya. Tak tanggung-tanggung omzet penjualannya, jika dirupiahkan per bulan bisa mencapai lebih dari Rp 150 juta-an. Selain itu, keuntungan juga didapat dari menjual produk LPG Bright Gas.
Pengalaman Hendra yang dikisahkannya kepada pihak Pertamina ini terjadi pada tahun 2021. Anda dapat membaca lengkap tentang informasi ini di SINI.

Bertolak dari pengalaman Hendra, artinya bisnis BBM ini sepertinya menguntungkan.
Oke, supaya berimbang, kita telusuri informasi terkait bisnis ini dari sumber lain. Dilansir dari Liputan6.com, pengusaha Pertamina Shop mengeluhkan kerugian bisnis yang diderita akibat penurunan omzet. Mereka kalah saing dengan adanya pengecer ilegal “Pertamini” yang kian menjamur.
Masih dari sumber berita yang sama, Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), menerbitkan data yang cukup mencengangkan pada Juli 2023. Dimana, dari sekitar 448 unit Pertashop, 201 unit dilaporkan mengalami kerugian dengan tingkat bervariasi. Bahkan, ada yang harus menutup usahanya, dan sebagian lagi melaporkan, bahwa asetnya disita bank, karena tidak dapat membayar pinjaman.
Gunadi Broto Sudarmo, Ketua Paguyuban Pertashop Jateng-DIY, DPC Kota Surakarta, menyampakan, bahwa kenaikan harga Pertamax pada April 2022 lalu, menjadi Rp 12.500/liter, mulai menganggu pemasukan para pengusaha Pertashop. Omzet turun drastis hingga 90 persen, ujarnya dalam Audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Senin (10/7/2023).
Perlu diketahui, sejak diluncurkan pada 2018, Pertamina Shop memang tidak bisa menjual Pertalite (RON 90), atau dulu Premium (RON 88), yang disuntik mati pada Januari 2023. Ya, pengusaha Pertashop selama ini hanya bisa menjual BBM non-subsidi hingga LPG non-subsidi.
Data dari HPMPI di atas, dilaporkan pada Juli 2023. Berarti, sudah setahun berlalu. Dan, untuk diketahui, harga Pertamax di beberapa daerah di Indonesia per hari ini, Kamis (8/8/2024), ada yang mencapai harga Rp 13.500/liter.
Bandingkan dengan tahun 2021, saat bisnis Hendra berjaya, harga Pertamax hingga akhir tahun itu masih Rp 9.200/liter.
Semakin merugikah para pengusaha Pertamina Shop kini?

Di tengah sengkarut Pertashop yang masih hangat, kabar baik membahana pada Mei 2024. Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Erika Retnowati, menyampaikan kepada Komisi VII DPR RI, bahwa pemerintah mencadangkan kuota sebanyak 100 ribu kiloliter (KL) pertalite pada 2024 untuk disalurkan ke Pertashop. Wow!
Erika juga mengklaim, bahwa uji coba penjualan pertalite di Pertamina Shop sudah dilakukan di 29 titik di Sulawesi.
Wow.. wow.. dan wow…! Ini kabar gembira bagi para pemilik Pertashop. Kalau dulu, sebelum 2022, pemilik masih meraup untung dari bisnis ini, kendati tidak bisa menjual BBM subsidi, apalagi jika kebijakan baru yang disampaikan Erika, betul-betul terealisasi dalam waktu dekat, tanpa hambatan.
Sebab, kuota 100 ribu kiloliter untuk Pertamina Shop itu tidak bisa serta merta disalurkan begitu saja, karena perlu ada perubahan aturan dari Kementerian Dalam Negeri, terkait izin penjualan pertalite via Pertashop. Atau, merubah status Pertamina Shop menjadi SPBU kompak, dengan persyaratan tertentu, sebagaimana yang dikaji oleh Erika dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Jadi, punya Pertashop SEKARANG, untung atau buntung? Para pemilik Pertashop yang paling tahu betul jawabannya.
Lalu, punya Pertashop NANTI, untung atau buntung? Sepertinya, peluang untung sudah terlihat di depan mata, jika pemerintah benar-benar menyalurkan kuota tadi, dan bersegera mengatasi persoalan terkait regulasi.
Ingat, terlepas dari urusan bisnis, Pertamina Shop itu adalah perpanjangan tangan pemerintah yang menyalurkan BBM di wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh SPBU Pertamina. Maka, adalah kewajiban pemerintah untuk bersegera menyelamatkan apa yang diprakarsainya, demi tercapainya win-win solution bagi semua pihak.
GIPHY App Key not set. Please check settings