BCA Mobile adalah aplikasi mobile banking BCA yang rilis pada 2011, guna memudahkan segala layanan transaksi perbankan dan finansial para nasabahnya melalui smartphone. Nah, Jika dibandingkan dengan aplikasi yang eksis beberapa tahun kemudian, dan terus membesar hingga hari ini, seperti Grab (Juni 2014), dan Gojek (Januari 2015), BCA mobile jadul terus. Kenapa ya…?
Beberapa faktor di bawah, bisa jadi alasan mendasarnya. Namun, sebelum itu, mari sedikit memahami terkait model aplikasi yang dipilih oleh pihak BCA, dan survive begitu terus hingga hari ini.
BCA mobile Bukan MicroApp
Sebagaimana disinggung cukup jelas pada artikel “MicroApp vs SuperApp, dalam Kacamata Suara Konsumen”, aplikasi BCA Mobile itu bukanlah sebuah MicroApp. Lalu apa? BCA mobile lebih condong menerapkan model aplikasi Monolitik.
Apa itu Aplikasi Monolitik?

Aplikasi Monolitik adalah model aplikasi yang menempatkan semua fitur dan layanan ada dalam satu struktur terpadu. Dalam konteks BCA mobile, semua fungsi aplikasi (cek saldo, transfer dana, pembayaran, dll) terhubung satu sama lain, dan dioperasikan melalui satu kesatuan sistem.
Karena aplikasi Monolitik itu di-build dalam satu codebase yang sama, maka apabila terjadi gangguan atau failure besar, perbaikannya berpotensi mengganggu keseluruhan sistem, bahkan rebuild dan deployment ulang aplikasi berpeluang besar terjadi. Kecuali, kerusakan dan atau pengembangan yang bersifat minor pada salah satu fitur, itu tidak akan mempengaruhi aplikasi secara total.
BCA mobile Jadul, Stabilitas dan Kehandalan Prioritas

Lebih dari satu dekade tampilan dan kondisi aplikasi BCA mobile konsisten tanpa perubahan signifikan. Padahal, para pesaingnya di industri perbankan konvensional, dan kompetitor baru dengan wajah bank digital, telah melakukan perubahan total dan memukau.
Alasan pertama BCA mobile jadul terus, karena bisa jadi dalam upaya mempertahankan stabilitas dan kehandalan aplikasinya yang sudah terbukti belasan tahun ini. Bagi BCA, ini salah satu prioritas yang perlu dijaga – kalau sudah stabil dan handal, kenapa mesti diubah lagi? Mungkin cara berpikir itu yang melandasi kondisi BCA mobile tetap seperti adanya.
Pada bagian ini, faktor keamanan sistem aplikasi juga terkait. Sebab, mengubah codebase atau bahkan arsitekturnya, itu bakal membuka celah keamanan yang beresiko tinggi.
Fleksibilitas Teknologi dan Dana Besar

Model Monolitik memang lebih tua ketimbang arsitektur modern-nya MicroApp dan SuperApp. Itu sebabnya, mengadopsi fitur baru dengan teknologi terbaru berpotensi mengganggu kestabilan sistem. Maka, apabila harus melakukan perubahan besar, ini membutuhkan dana besar pula.
Jika alasan ini (sedang) dipertimbangkan BCA, salah satu bank terbaik di Asia-Pasifik ini pastilah sedang mempersiapkan semuanya secara bertahap. Sebab, sebagaimana sudah disinggung, kestabilan dan kehandalan yang sudah ada merupakan prioritas ketimbang sekadar tampil memukau, tapi dengan kucuran dana yang aduhai!
Kenyamanan Pengguna itu Prioritas Penting!
Banyak pengguna BCA mobile yang sudah terabiasa belasan tahun menggunakan aplikasi ini. Sudah kadung nyaman dengan apa yang ada. Apalagi, bagi segmen tertentu, seperti nasabah yang bukan tergolong anak muda, bakal sulit adaptasi apabila aplikasi ini mengalami perubahan drastis, seperti style kekinian.
Dengan kata lain, nasabah lama itu sudah sangat familiar dengan model tampilan BCA mobile yang seperti itu. Jadi, BCA mobile jadul terus, bukanlah masalah besar bagi mereka.
Feedback Pengguna itu Penting
Bisa jadi, pihak BCA sudah melakukan riset silent mode kepada para nasabahnya – tanpa gembar-gembor, mengenai perlukah perubahan drastis aplikasi. Feedback atau umpan balik yang diterima, mungkin lebih banyak nasabah lama yang merasa tidak perlu adanya perubahan signifikan pada BCA mobile. Jadi, biarkan BCA mobile jadul terus.
Strategi Bisnis
Strategi bisnis bisa pula menjadi alasan lain dari kenapa BCA mobile jadul terus. Strategi bisnis yang dimaksud adalah BCA lebih menjaga loyalitas nasabah lamanya yang berkantong tebal. Inilah NASABAH PRIORITAS BCA.
Bagi nasabah berusia lanjut, tampilan sebuah aplikasi tidak mesti Wow! Terpenting, fungsionalitasnya dan kestabilannya. Cukup!
Konsistensi Merek itu Tidak Sepele
Siapa yang tidak kenal BCA? Popularitas dan reputasi bank ini tidak diragukan lagi. Jadi, kebanyakan orang Indonesia itu mengenal betul BCA. Bukan lagi sekadar merek. Brand BCA sudah menyatu di alam sadar dan bawah sadar banyak orang.
Mengubah merek berarti ‘menghancurkan’ brand! Ini bukan perkara sepele. Ini mahal harganya! Banyak entitas, harus ‘berdarah-darah’ (makan waktu dan dana jumbo) untuk membangun merk, apalagi brand awareness-nya.
Ketimbang me-rebuild BCA mobile menjadi bergaya aplikasi bank digital masa kini, lebih baik konsisten pada merek yang sudah ada. Jadi, biarkan saja BCA mobile jadul terus.
Pengembangan Bertahap
Sebagaimana sudah disinggung, mungkin saja BCA sudah berpikir untuk merevisi total aplikasi BCA mobile-nya, dan menyatukan semua aplikasi lain yang terpisah-pisah (myBCA, Hallo BCA, eBranch BCA, dll) pada satu SuperApp-nya. Namun, barangkali pengembangan akan dilakukan bertahap.
Mungkin itu pula yang sementara di-prepare dalam mode silent, seperti aplikasi Sakuku, yang pada hari ini (entah sejak kapan), tidak bisa melakukan registrasi untuk pengguna baru.
Uang elektronik BCA ini sedang dalam tahap update fitur atau fungsionalnya, mungkin. Hope, Sakuku bisa tampil lebih tangguh, sebagai aplikasi uang elektronik yang lebih dekat dengan fungsi sebuah e-wallet, sehingga bisa sejajar popularitasnya dengan dompet digital papan atas.
Sekali lagi, BCA mungkin sedang berencana melakukan pembaruan bertahap, sebagaimana yang sedang dilakukan pada Sakuku.
Bagi BCA, tampaknya jauh lebih berguna memperbaiki bug atau potensi failure yang ada, ketimbang merombak total tampilannya untuk sekadar tampil memukau bagi segmen tertentu, namun ‘menghempaskan’ segmen yang lain.
Akhir Kata
Apakah BCA mobile jadul terus masalah bagi anda…? Aku sih No!
GIPHY App Key not set. Please check settings