Bank Digital di Indonesia menggeliat sejak 2020, dan semakin membesar wujud dan dampaknya pada masa pandemik, Covid-19. Saat itu, hampir semua aktivitas dilakukan dari rumah.
Selain itu, perkembangan teknologi yang seolah mendapatkan momentum baru, justeru pada saat pandemik, membuka mata regulator akan pentingnya eksistensi digitalisasi, termasuk di sektor perbankan.
Maka, pada 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengeluarkan aturan tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum, yakni POJK Nomor 13/POJK.03/2021. Isinya, mencabut POJK sebelumnya, dan memberikan aturan yang lebih komprehensif tentang penyelenggaraan layanan digital oleh bank umum, termasuk layanan perbankan digital dan layanan elektronik lainnya.
Dengan regulasi yang mendukung, bank digital atau kadang disebut dengan online bank, mendapatkan ruang untuk beroperasi di Indonesia, bersanding dengan bank-bank konvensional yang juga telah mendigitalisasi model perbankannya.
Perbedaan Bank Digital dan Perbankan Digital
Kedua istilah entitas bank ini kadang dianggap sama, dan digunakan untuk maksud yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, yaitu:
Definisi bank digital (digital bank) adalah sepenuhnya digital. Dengan kata lain, 100 persen aktivitas perbankannya dilakukan secara digital, baik via kanal aplikasi, dan official website. Bank digital ini tidak ada kantor fisiknya, dan tidak ada pula cabang banknya.
Sedangkan, perbankan digital (digital banking) adalah bank konvensional (tradisional) yang menjalankan model perbankannya dengan dukungan teknologi digital, sehingga nasabah atau calon nasabah dapat melakukan aktivitas keuangannya secara mandiri via aplikasi dan atau website resmi bank bersangkutan. Perbankan digital, seperti Bank BCA dan Bank Mandiri, pasti memiliki kantor pusat dan cabang yang tersebar di wilayah Indonesia.
Kelebihan Bank Digital
Ada sejumlah kelebihan bank digital, di antaranya:
1. Akses Mudah
Layanan bank jenis ini tidak terikat dengan jam kantor, karena dapat diakses dengan mudah 24 jam sehari, dan 7 hari seminggu nonstop tanpa henti. Dapat diakses dari mana saja, dan kapan saja melalui smartphone dan laptop/PC selama koneksi internet tersedia.
2. Tanpa Antrian
Aktivitas perbankan semisal membuka rekening baru, dapat dengan mudah dilakukan pada bank digital secara online – asalkan persyaratan terpenuhi (lolos verifikasi KTP), dalam hitungan menit, rekening baru tercipta, dan langsung bisa digunakan. Nasabah atau calon nasabah tidak menuju bank, dan lalu mengikuti jalur antrian untuk mendapatkan layanan.
3. Cepat dan Efisien
Proses aktivitas perbankan, seperti pembukaan rekening, transfer dana, pembayaran tagihan, pengajuan pinjaman, dll, dieksekusi lebih cepat, ketimbang bank konvensional, karena semua layanan telah terotomatisasi. Disetujui atau ditolaknya permintaan layanan akan dengan cepat diketahui. Ini meningkatkan efisiensi.
4. Biaya Rendah dan Peluang Cuan
Karena umumnya tanpa kantor bank fisik, maka biaya-biaya operasional dan maintenance menjadi tidak ada. Itu sebabnya, beberapa fitur menjadi berbiaya rendah, bahkan tanpa biaya. Maka, beberapa tawaran menarik pun diberikan, seperti: Bebas biaya administrasi, bunga lebih tinggi, promo dan cashback, serta gratis biaya transfer sampai pada batas tertentu, seperti fitur yang ditawarkan SeaBank.
Di samping berbiaya rendah, bahkan tanpa biaya, ada pula peluang cuan, yakni dengan memberikan bonus referral kepada nasabah yang sukses mengajak teman dan keluarganya membuka rekening online melaluinya. Contoh bank yang memberikan promo referral ini adalah Neobank.
5. Inovasi dan Teknologi Tinggi
Sesuai namanya, bank ini menawarkan kecanggihan teknologi perbankan terkini, berupa fitur-fitur inovatif yang sudah terotamatisasi. Dan, soal ini tentu saja akan terus dikembangkan mengikuti adopsi teknologi terbaru.
Sejumlah bank, bahkan menawarkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam upaya memberikan layanan yang lebih personal dan relevan bagi nasabahnya.
6. Open Banking yang Kolaboratif
Online bank lebih terbuka untuk berkolaborasi dengan pihak ketiga melalui teknologi API (Application Programming Interface). Ini memungkinkan integrasi dan kolaborasi dengan berbagai aplikasi dan layanan digital lainnya. Dengan demikian, ekosistem yang lebih besar tercipta. Lagi-lagi, ini menguntungkan bagi nasabahnya.
7. User Experience Lebih Baik
Memberikan user experience yang lebih baik kepada nasabah atau pengguna aplikasinya, karena interface yang user friendly. Antarmuka yang memberikan pengalaman penggunaan lebih baik dan menyamankan ini, memang merupakan ciri khas bank digital.
Terkait ini, kendatipun tanpa layanan manusia sebagaimana di bank konvensional, bank digital menyediakan layanan live chat atau chatbot yang responsif. Dan, pengalaman pengguna pun semakin terasa nyaman dengan informasi produk dan layanan yang transparan dan sangat jelas.
8. Keamanan Tingkat Tinggi
Semua aplikasi perbankan digital maupun digital bank telah dibekali dengan sistem keamanan tingkat tinggi. Teknologi pengamanan aktivitas transaksi dan data nasabah menjadi prioritas tertinggi kedua jenis bank ini. Reputasi dan trust bank digital dimulai dari sini.
Kekurangan Bank Digital
Kendati memiliki sejumlah kelebihan atau manfaat, bank digital mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya:
1. Ketergantungan pada Internet
Kekurangan paling mendasar dari bank jenis ini adalah ketergantungan pada koneksi internet. Internet Mati, Transaksi Gagal. Itulah kira-kira tagline yang tepat untuk itu! Gangguan pada koneksi internet membuat nasabah tidak bisa mengakses layanan bank.
2. Gangguan Teknis
Tidak hanya ketergantungan pada internet, munculnya gangguan teknis pada server bank merupakan salah satu kekurangan bank digital. Jika kondisi ini terjadi, layanan pun terhenti untuk sementara waktu – bagaimana jika proses transfer uang dalam jumlah cukup banyak sedang berproses, apa yang terjadi…?
3. Keamanan Belum Cukup Teruji
Kendatipun semua bank telah membekali diri dengan teknologi keamanan tercanggih saat ini, celah keamanan siber selalu ada. Apalagi, bank digital di Indonesia tergolong masih sangat baru. Membutuhkan waktu untuk dapat melihat bukti nyata, bank digital mana yang tangguh menghadapi serangan siber tersebut.
4. Literasi Belum Masif
Sebagian besar orang masih memiliki mindset bank konvensional adalah bank sesungguhnya. Ini merupakan tantangan bagi bank digital dalam meliterasi sebanyak-banyaknya orang di Indonesia, dari kota hingga desa, bahwa bank digital adalah keniscayaan pilihan yang ada di jaman modern ini. Dengan kata lain, literasi masif harus lebih digalakkan dalam rupa-rupa kanal informasi (online dan offline).
5. Rentan Penipuan Terhadap Nasabah
Penipuan terhadap nasabah yang kurang terliterasi dan teredukasi, pun menjadi salah satu celah keamanan paling rentan yang bisa digunakan oleh peretas sebagai pintu masuk pembobolan rekening online nasabah.
Link phising dan semacam itu akan terus membayangi perjalanan bank digital ke depan. Nasabah harus teredukasi dalam hal mencegah terjadinya potensi penipuan perbankan dalam bentuk apapun.
6. Tidak Ada Kartu Fisik
Bank digital umumnya tidak menerbitkan kartu fisik, baik kartu debit maupun kartu kredit. Ini tentu saja belum menjadi kebiasaan orang masa kini. Sebab, sebagian besar orang sudah terlanjur nyaman bepergian dengan adanya kartu-kartu fisik tersebut pada dompetnya.
Namun, ada sejumlah bank yang tetap menerbitkan kartu fisik semacam itu, seperti Bank Jago dan Bank Jenius.
7. Tidak Ada Kantor Fisik
Tidak adanya kantor fisik akan menjadi masalah cukup serius manakala nasabah hendak mengajukan pinjaman dalam jumlah sangat besar. Aktivitas perbankan ini biasanya pada bank konvensional, mempertemukan calon kreditur dengan bagian finance bank-nya.
Namun, tidak semua bank digital tidak memiliki kantor fisik. Neobank misalnya, mempunyai beberapa kantor fisik dari Bank Neo Commerce (BNC), yang sebelumnya menjadi pelopor terbentuknya Bank Digital Neobank.
Contoh Bank Digital
Sejumlah bank digital telah eksis di Indonesia, dan bahkan mencatatkan pertumbuhan bisnis yang menjanjikan. Berikut, sejumlah bank digital dengan reputasi yang terus membaik, dan menarik hati nasabah baru:
1. SeaBank
SeaBank adalah sebuah bank digital di Indonesia yang eksis sejak 10 Februari 2021. Bank ini dimiliki oleh Sea Limited, perusahaan teknologi yang juga menaungi Shopee dan Garena.
2. Bank Jago
Bank Jago adalah bank digital terkemuka di Indonesia yang berfokus pada penyediaan layanan perbankan digital yang inovatif dan mudah diakses melalui aplikasi mobile. Bank ini dalam bentuk digital berdiri pada tahun 2020. Sebelumnya, bank ini berbentuk bank konvensional dengan nama: Bank Artos – berdiri pada tahun 1992 di Bandung.
3. Neobank
Neobank adalah layanan perbankan digital yang disediakan oleh BNC, sebuah bank yang telah bertransformasi dari bank konvensional menjadi bank digital pada tahun 2020.
4. Allo Bank
Allo Bank adalah bank digital di Indonesia yang merupakan hasil transformasi dari Bank Harda Internasional. Allo Bank menawarkan layanan perbankan digital yang terintegrasi dengan ekosistem CT Corp, milik konglomerat Chairul Tanjung.
5. Jenius
Jenius adalah layanan perbankan digital yang inovatif dari Bank BTPN yang sudah ada sejak 2016. Kendatipun telah eksis sebagai bank digital mandiri, Jenius masih beroperasi di bawah regulasi bank induknya dulu, BTPN.
6. Blu by BCA
Blu by BCA adalah layanan perbankan digital yang dikembangkan oleh PT Bank Digital BCA, anak perusahaan dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Meskipun Blu by BCA merupakan produk dari BCA, ia adalah entitas terpisah yang memiliki izin dan regulasi sendiri sebagai bank digital dari OJK.
Penutup
Tertarik menjadi nasabah bank digital dengan segala kelebihannya itu? Lalu, bank digital mana dalam daftar di atas yang menjadi pilihan mu…? Sebaiknya, lakukan riset mandiri terkait keunggulan khas bank-bank tersebut, sebelum memutuskan yang paling cocok untuk anda.
GIPHY App Key not set. Please check settings