starlink indonesia
in ,

Starlink Indonesia: Keunggulan, Tantangan dan Masa Depannya

Starlink Indonesia resmi rilis di tanah air pada Minggu, 19 Mei 2024, di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, bersamaan dengan acara berskala internasional: World Water Forum (WWF) ke-10. Ini menandai eksistensi perusahaan Amerika Serikat bernama SpaceX di Indonesia, yang berkonsentrasi pada layanan internet berkecepatan tinggi berbasis satelit.

Menarik untuk mengulik lebih jauh, apa itu Starlink, apa saja keunggulan dan kekurangannya, bagaimana masa depannya, dan sejumlah hal terkait lainnya. Simak terus…

Apa itu Starlink?

Starlink adalah proyek milik SpaceX, perusahaan antariksa Amerika Serikat, yang mengembangkan konstelasi satelit yang mengorbit pada ketinggian relatif rendah di atas permukaan Bumi, dengan misi menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi ber-latensi rendah ke seluruh dunia, khususnya daerah terpencil yang sulit terjangkau oleh infrastruktur internet tradisional.

Guna memuluskan misi dari proyek ambisius SpaceX tersebut, per 13 Juni 2024, 6.613 satelit berteknologi LEO (Low Earth Orbit), telah diluncurkan pada ketinggian antara 160 hingga 2.000 kilometer di atas permukaan Bumi. Jumlah satelit akan terus diperbanyak dari waktu ke waktu, agar cakupan layanan internet dapat menjangkau seluruh dunia tanpa hambatan.

Starlink Milik Siapa?

Starlink dioperasikan oleh SpaceX, sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh Elon Musk pada tahun 2002, yang bertujuan mengeksplorasi ruang angkasa. Sedangkan, proyek Starlink itu sendiri dimulai pada tahun 2015, dan beroperasi secara komersial pada tahun 2020.

Starlink Indonesia itu milik siapa? Starlink Indonesia beroperasi di bawah PT Starlink Service Indonesia (SSI), anak perusahaan SpaceX; Elon Musk tidak secara langsung memiliki SSI, tetapi SpaceX memiliki mayoritas saham di perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan layanan internet satelit ini. Jadi, secara tidak langsung, Starlink Indonesia dimiliki oleh Elon Musk melalui SpaceX-nya.

Cara Kerja Starlink

–  Konstelasi Satelit

Starlink mengoperasikan ribuan satelit kecil yang ditempatkan di orbit rendah bumi. Semua satelit saling terkoneksi dan membentuk jaringan yang mampu menjangkau wilayah manapun di bumi.

– Terminal User

Untuk dapat menjalankan Starlink, user atau pengguna Starlink wajib memiliki perangkat keras yang disebut dengan “Dishy McFlatface”. Terminal atau antena khusus ini harus terpasang di lokasi user dan terhubung ke router. Jadi, Dishy McFlatface berfungsi sebagai penerima sinyal internet dari satelit Starlink.   

– Komunikasi Satelit-Terminal

Dishy McFlatface (terminal user) akan secara otomatis terhubung ke satelit Starlink terdekat. Lalu, satelit akan mengirimkan sinyal internet ke terminal, dan terminal akan mengirimkan data dari pengguna kembali ke satelit.

– Gateway

Sinyal dari satelit diteruskan ke gateway Starlink di bumi. Gateway adalah stasiun bumi yang terhubung ke jaringan internet global. Sinyal dari satelit tadi, berisi data (permintaan halaman web, email, dll) yang dikirimkan oleh user Starlink.

– Global Internet Network

Dari gateway, data pengguna tadi, dikirimkan ke jaringan internet global (Global Internet Network). Ini yang memungkinkan pengguna dapat mengakses situs web, mengirim dan menerima email, bermain game online, dan melakukan aktivitas online lainnya.

Keunggulan Starlink

Menyimak cara kerja Starlink di atas, terlihat berteknologi sangat tinggi, dan unggul dari jaringan internet konvensional. Tidak membutuhkan infrastruktur telekomunikasi berbiaya tinggi, seperti BTS (Base Transceiver Station), guna menjalankan komunikasi nirkabel antara user dan jaringan operator.

Berikut, sejumlah keunggulan Starlink:

1. Jangkauannya Luas

Jangkauan internet Starlink sangat luas, mencakup seluruh bumi, karena eksistensi ribuan satelit LEO-nya. Layanan internet ke daerah-daerah terpencil, lembah, perairan, dan pegunungan, yang tidak tercover oleh jaringan internet berbasis darat (geostationer), dapat terlayani maksimal.

2. Internet Berkecepatan Tinggi

Starlink meyakinkan para calon user-nya, bahwa ribuan satelit kecil miliknya akan memastikan layanan internet berkecepatan tinggi, dengan latensi (keterlambatan) sangat rendah; kecepatan download hingga 100 Mbps dan kecepatan upload hingga 200 Mbps.

3. Kecepatan yang Konsisten

Starlink Indonesia menjanjikan kecepatan internet yang stabil dan konsisten, kendatipun pada saat peak hours. Ini artinya, anti-ngelag dan lemot saat sedang berseluncur, streaming-upload video berukuran besar, game online, dll.

4. Tanpa Batasan Kuota

Dengan menjadi pelanggan Starlink Indonesia, penggunaan internet untuk keperluan apapun tidak dibatasi oleh kuota atau batasan data apapun (unlimited). Tidak ada biaya tambahan untuk berapapun besaran data yang pelanggan gunakan.

5. Tidak Terpengaruh Cuaca

Jaringan internet berbasis darat, kerapkali bermasalah ketika cuaca buruk, dan atau terjadinya bencana alam di suatu lokasi. Starlink Indonesia memastikan, bahwa cuaca dan force mejeure alam, tidak akan menjadi barrier komunikasi internet yang sedang berlangsung. Singkatnya, layanan Starlink Indonesia tidak terhalangi oleh cuaca dan halangan apapun.

6. Layanan Keadaan Darurat

Dalam kondisi darurat di titik manapun di bumi, dimana layanan internet berbasis darat tidak terjangkau, bahkan lumpuh, internet Starlink dapat menjadi solusi, karena adanya teknologi Starlink Direct to Cell.

7. Tanpa SIM Card

Pelanggan Starlink Indonesia otomatis tidak membutuhkan SIM Card lagi pada gawai-nya. Starlink Direct to Cell adalah teknologi mutakhir yang rencananya akan diluncurkan secara bertahap mulai 2024 hingga versi lengkapnya pada 2025 mendatang.

8. Mudah Dipasang

Starlink Indonesia memastikan layanan internet-nya dapat dengan cepat digunakan, karena perangkatnya yang mudah dipasang, tanpa perlu bantuan teknisi khusus.

Apa kekurangan Starlink?

Sebagai layanan baru dalam dunia internet, Starlink Indonesia pun tak luput dari sejumlah kekurangan, meskipun berbasis satelit canggih. Berikut, sejumlah kekurangan Starlink:

1. Biaya Lebih Mahal

Kendatipun, sempat diklaim oleh pemerintah bahwa Biaya Berlangganan Starlink lebih murah, faktanya melalui situs resminya, untuk dapat menjadi pengguna Starlink Indonesia, residential user wajib membayar biaya perangkat keras-nya sebesar Rp 5.900.000, dan biaya berlangganan bulanan sebesar Rp 750.000.

Jadi, biaya berlangganan Starlink itu lebih mahal dari Internet Service Provider (ISP) yang ada di Indonesia. Biaya menjadi lebih mahal lagi untuk kategori: Jelajah dan Kapal.

2. Cakupan Layanan Belum Masif

Teknologi dan jumlah satelit Starlink masih terus dikembangkan dan dimutakhirkan. Ini layanan internet yang baru 4 tahun beroperasi komersil; masih membutuhkan banyak pengembangan.

Itu sebabnya, cakupan layanannya belum masif; masih membutuhkan waktu untuk mengcover semua wilayah bumi tanpa terkecuali.

3. Atmosfer Bumi Mengganggu

Faktor atmosfer bumi, seperti cuaca ekstrim (awan tebal, kabut, salju, dll), dapat mengganggu kualitas sinyal satelit. Ini berpotensi mengganggu aktivitas dunia maya.

4. Gangguan Faktor Teknis

Kerusakan satelit (malfunction), pun berpeluang terjadi. Begitu pula dengan fenomena sun outage, dimana posisi matahari tepat sejajar dengan satelit – memungkinkan terjadi gangguan sinyal serius.

5. Pengamatan Astronomi Terganggu

Ribuan satelit Starlink (akan terus bertambah) yang mengitari bumi, bakal ‘menghalangi’ pengamatan astronomi. Maka, prakiraan cuaca, observasi langit, dan segala hal terkait itu bakal terganggu.

6. Potensi Sampah Antariksa

Satelit yang rusak, seketika berubah menjadi puing atau sampah antariksa. Ini mengganggu satelit aktif milik Starlink sendiri dan satelit pihak lain, dan bahkan bisa jadi menghalangi jalur lintasan wahana antariksa ke depan.

7. Latensi Rendah, Belum Terbukti

Latensi (waktu jeda/keterlambatan) rendah yang dijanjikan Starlink Indonesia belum terbukti, serendah apa. Ini juga terkait speed Starlink Indonesia yang diklaim mampu mencapai 159 Mbps, belum pula terbukti betul. Karena memang, usia Starlink Indonesia baru seumur jagung. Membutuhkan waktu untuk memastikan fakta real-nya.

Latensi rendah harus dipastikan terjadi oleh Starlink Indonesia, jika tidak, layanan internet berbasis fiber optik yang selama ini dioperasikan oleh ISP Indonesia akan menjadi pilihan utama user.

8. Terminal Menghadap Langit

Pemasangan terminal atau antena khusus Starlink Indonesia mungkin mudah. Bisa dipasang sendiri tanpa teknisi. Namun, posisinya harus tepat menghadap langit, tanpa hambatan apapun. Itu yang tidak mudah bagi warga perkotaan, dimana rumah-rumah yang kadang berhimpitan dengan gedung-gedung pencakar langit, dan atau pepohonan rimbun.

9. Berhadapan dengan ISP Lokal

Dilansir dari CNBC Indonesia, Starlink sudah resmi rilis di Bali, Indonesia, pada Mei 2024, karena telah mengantongi 3 izin, yakni: Aktivitas telekomunikasi satelit, Internet Service Provider (ISP), dan portal web dan atau platform digital dengan tujuan komersial.

Sebagai ISP resmi, Starlink Indonesia akan berhadap-hadapan dengan sejumlah ISP lokal,seperti: IndiHome, Biznet, First Media, MNC Play, Hi-Speed Transvision, CBN, Megavision, dll. Dan, sebagai penyedia jasa telekomunikasi, Starlink Indonesia akan berhadapan pula dengan pemain lama, BUMN milik pemerintah, seperti Telkomsel, dan swasta: Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren.

Semua ISP dan provider Telekomunikasi lokal tersebut akan berhadapan langsung dengan perusahaan berskala global, SpaceX, untuk mempertahankan dan merebut pelanggan tetap.

Tantangan Starlink Indonesia

Sebagai perusahaan jasa internet dan telekomunikasi baru, Starlink Indonesia bakal menghadapi tantangan yang tidak ringan. Beberapa tantangan di bawah ini berpotensi terjadi:

1. Implementasi Perizinan

Perizinan yang sudah ada, bisa jadi tidak mudah dalam implementasi di lapangan. Penolakan bisa datang dari ISP dan provider telekomunikasi lokal, terkait eksistensi, cakupan layanan, dan previlege.

Eksistensi Starlink Indonesia sebagai ‘raksasa’ internet dan telekomunikasi berpeluang ‘menumbangkan’ para ISP dan provider telekomunikasi lokal yang telah berinvestasi sangat besar, agar dapat menjalankan operasionalnya selama ini.

Itu sebabnya, regulasi yang adil dan ketat harus ditegakkan pemerintah, agar eksistensi pemain lama aman, battlefield layanan yang seimbang, dan tidak ada previlege kepada siapapun.

2. Direct to Cell, Masa Depan atau Mimpi Buruk?

Apabila Starlink Direct to Cell hadir di Indonesia, itu menjadi masa depan bagi Starlink Indonesia, tetapi sekaligus menjadi mimpi buruk bagi penyedia jasa seluler tanah air. Betapa tidak, jika provider seluler kalah saing, total investasi triliunan rupiah dipertaruhkan, dan jutaan tenaga kerja terancam nasibnya.

Tentu saja, Starlink tidak salah dengan teknologinya! Sebab, kehadiran teknologi mutakhir itu tidak terhindarkan. Teknologi baru akan mendisrupsi teknologi lama.

Bagi Starlink, teknologi yang dikembangkannya merupakan masa depan. Namun, tidak berarti harus dengan cepat melibas teknologi yang sudah ada, karena konsekuensi negatif-nya sangat besar. Barangkali, solusi kolaboratif bisa dicapai para pihak.

3. Keamanan Data

Isu keamanan data seolah tidak pernah selesai. Maka itu, pihak Starlink Indonesia harus memastikan, bahwa keamanan data para pelanggannya aman sampai kapanpun.

4. Gateway Terbatas

Ketersediaan gateway Starlink Indonesia masih minim. Ini tantangan yang harus diatasi seiring ekspansi bisnisnya di Indonesia, agar kualitas layanan internet dan komunikasinya tidak terganggu.

5. Distribusi Perangkat Tidak Mudah

Kondisi wilayah Indonesia yang tidak seragam, ada perairan, lembah, gunung, dan tempat terpencil. Ini tidak akan mudah bagi Starlink Indonesia untuk mendistribusikan perangkat kerasnya di wilayah-wilayah tersebut.

6. Literasi Digital dan Minim Informasi

Literasi digital masih sangat minim di sejumlah daerah. Begitu pula dengan sosialisasi informasi. Ini bukan tantangan mudah bagi Starlink Indonesia untuk mendapatkan basis pelanggan di daerah-daerah semacam itu.  

Masa Depan Starlink Indonesia

Internet dan komunikasi berbasis satelit bisa jadi merevolusi masa depan di sektor ini. Dan, masa depan tidak pernah bisa ditahan lajunya. Suka atau tidak suka, siap-tidak siap, masa depan akan tiba.

Ini prediksi masa depan Starlink Indonesia:

1. Meminimalisir Kesenjangan Digital

Starlink Indonesia akan menjadi pemain penting dalam meminimalisir, bahkan suatu waktu bisa jadi meniadakan kesenjangan digital yang kini masih menganga; internet dan komunikasi seluler dapat diakses dan dinikmati di mana saja – di perkotaan, pedesaan, bahkan wilayah terpencil dan terluar Indonesia.

2. Agen Literasi Digital

Starlink Indonesia, kelak akan berperan sebagai agen literasi digital ke pelosok negeri. Ini bakal meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi Indonesia. Ujungnya, Indonesia yang lebih adil, beradab, maju, dan modern.

3. Meningkatkan Kualitas Layanan Publik    

Kehadiran Starlink Indonesia akan memicu dan memacu para pemain lama di sektor ini untuk berbenah semakin baik, sehingga persaingan sehat yang adil terbentuk. Pada akhirnya, mendongkrak dan meningkatkan kualitas layanan publik, yang pada gilirannya mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat di semua sektor kehidupan.

Penutup

Masa depan Starlink Indonesia seolah “cerah berawan”. Ada sejumlah peluang bagus, namun tidak kecil pula tantangan dan hambatannya. Akankah awan itu berlalu?

Mari kita menjadi saksi sejarah yang budiman, karena toh pilihan selalu ada di tangan kita!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Apa yang Anda pikirkan?

Newbie

Written by Calvyn SK

Cara Cek dan Mengatasi Koin Shopee Kadaluarsa

Cara Cek dan Mengatasi Koin Shopee Kadaluarsa [Jangan Sampai Hangus!]

harga langganan starlink

Segini Harga Langganan Starlink Terbaru!